Memantau gizi anak selama masa pandemi COVID-19
Penulis: Rachmawati Widyaningrum, S.Gz., M.PH
Pandemi Coronavirus 19 atau lebih dikenal dengan Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat luas pada berbagai aspek kehidupan, termasuk diantaranya kesehatan anak. Meskipun data-data terkait virus tersebut menunjukkan bahwa kelompok yang paling berisiko terinfeksi penyakit ini adalah kelompok usia tua, namun kesehatan anak-anak juga menjadi salah satu aspek rentan akibat terganggunya kesejahteraan mereka yang terdampak perubahan kondisi sosial ekonomi keluarga selama pandemi1.
Disisi lain, usia Balita (Bawah Lima Tahun) merupakan usia yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak, terutama bagi mereka yang masuk dalam usia 1000 hari pertama kehidupan (2 tahun pertama). Dalam periode ini, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi dan memantau tumbuh kembang mereka untuk memastikan indikator-indikator kesehatan anak terpenuhi dengan baik. Kemenkes RI, pada Hari Anak Nasional telah merilis artikel tentang ciri-ciri anak yang sehat diantaranya : 1) anak tumbuh sesuai usianya yang bisa diukur dengan indikator BB, TB, dan lingkar kepala dan lengan, 2) anak jarang sakit, cerita, aktif dan bermata cerah, 3) anak berkembang sesuai tahapan perkembangan usianya, dari sisi bahasa, kognitif, dan psikososial.
Mengingat pemenuhan gizi anak melalui pemberian makan merupakan aspek yang sangat menentukan kesehatan anak, WHO memberikan rekomendasi tentang standar emas makanan bayi & anak yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Air Susu Ibu (ASI) Esklusif, Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan melanjutkan menyusui hingga anak berusia minimal 2 tahun. Selain itu, pemantauan tumbuh kembang anak juga direkomendasikan dilakukan secara berkala atau di Indonesia lebih dikenal dengan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dilaksanakan setiap bulan sekali.
Lebih lanjut, dalam rangka meminimalisir dampak pandemi ini terhadap kesehatan anak, beberapa Organisasi Kesehatan baik tingkat nasional maupun internasional telah menerbitkan beberapa rekomendasi. Rekomendasi tersebut merujuk pada standar emas makanan bayi dan anak dengan beberapa penyesuaian terkait pencegahan penularan virus Covid-19.
Ibu-ibu yang melahirkan dan menyusui tetap dapat melanjutkan proses IMD dan menyusui secara eksklusif dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Saat memasuki usia 6 bulan, menyusui dapat tetap dilanjutkan dengan tambahan pemberian MPASI. Pemberian MPASI tersebut sesuai dengan prinsip pemberian makan anak, termasuk diantaranya tepat jumlah, jenis dan frekuensi serta menjaga kebersihannya.
Komposisi zat gizi diberikan dengan prinsip gizi seimbang dengan menu 4 jenis bahan makanan. Menu tersebut diutamakan dibuat dari menu keluarga berbahan lokal yang tersedia dan mudah dijangkau oleh masing-masing rumah tangga. 4 Jenis Bahan Makanan tersebut yaitu: a) Sumber karbohidrat (nasi, ubi, jagung, gandum, dan olahannya), b) Protein hewani (telur, ikan, daging ayam, hati ayam, daging sapi, dan susu), c) Protein nabati (kacang-kacangan dan olahannya berupa kacang merah, tanah, hijau, tahu, dan tempe), d) Vitamin dan mineral (berbagai jenis sayur dan buah)
Terkait pemantauan tumbuh kembang anak, hal tersebut dilakukan dengan memberdayakan orang tua secara mandiri dengan panduan dari buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), petugas kesehatan dan juga kader POSYANDU. Dalam kondisi dimana tidak memungkinkan dilaksanakan POSYANDU, orang tua tetap dapat melaksanakan pengukuran tumbuh kembang anak mereka secara mandiri dengan alat yang tersedia dirumah atau melaksanakan pengukuran oleh kader dengan sistem janji temu untuk mengindari terjadinya kerumunan.
Dengan pesatnya teknologi dan tersedianya berbagai jenis media sosial, sistem koordinasi dan penyebarluasan informasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi tersebut. Pertukaran informasi dalam bentuk infografis, artikel tentang gizi dan kesehatan anak, tutorial pengukuran pertumbuhan dan pelaporan hasil pengukuran diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan orang tua dalam menjaga kesehatan anak. Dengan pendekatan–pendekatan diatas, kolaborasi dan koordinasi yang terjalin baik antara orang tua, kader dan petugas kesehatan diharapkan mampu mengoptimalkan pemenuhan gizi dan kesehatan anak dimasa pandemi ini.